Selamat Datang

9 Maret 2010

"Avatar" Dorong Jutaan Orang Tonton Oscars 2010


LOS ANGELES, EPICENTRUMJumlah penonton yang menyaksikan penayangan malam penganugerahan Academy Awards mengalami peningkatan cukup tinggi dalam kurun lima tahun terakhir.

Berdasarkan catatan perusahaan riset media Nielsen, sekitar 41,3 juta penonton menyaksikan acara yang dihajat di Kodak Theatre, Los Angeles, Minggu (7/3/2010) waktu setempat itu. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14 persen dari siaran tahun lalu yang ditonton oleh 36,3 juta orang.

Asal tahu saja, pada perayaan Oscar tahun 2005, jumlah penonton yang menyaksikan tayangan Piala Oscar sebanyak 42,1 juta penonton.

Menurut Nielsen, dalam siaran hari Minggu kemarin, sebanyak 70 juta penonton menyaksikan setidaknya enam menit siaran Academy Awards.

Sejumlah pengamat mengatakan, tingginya jumlah penonton pada acara penganugerahan Piala Oscar tersebut kemungkinan besar didorong oleh masuknya Avatar, film garapan sutradara James Cameron, yang ikut bertarung di kategori Film Terbaik. Jumlah nomine yang diunggulkan, yang tahun ini mencapai sepuluh film, juga dianggap turut memberi pengaruh terhadap peningkatan tersebut.

Jumlah pemirsa tayangan Oscar menurun pada tahun 2008, ketika hanya ditonton oleh 32,01 juta. Banyak pihak yang memperkirakan bahwa penurunan terjadi lantaran unggulan Oscar didominasi oleh film-film independen.

Sementara itu, jumlah pemirsa sempat naik hingga 13 persen pada tahun 2009, ketika sejumlah konsep baru disodorkan, termasuk menghadirkan aktor Australia, Hugh Jackman, sebagai pemandu acara.

Jumlah pemirsa siaran Piala Oscar tercatat paling tinggi pada perayaan Oscar tahun 1998, dengan jumlah 55,25 juta penonton. Jumlah penonton kala itu boleh jadi meningkat karena banyak orang ingin memastikan apakah film Titanic bakal memenangkan penghargaan Film Terbaik kala itu setelah film tersebut berhasil menjadi obrolan masyarakat dunia dengan mencatat rekor penonton yang sejibun. (sumber: kompas.com)

7 Maret 2010

Serangan Bom Jelang Pemilu, 26 Warga Tewas


Rata PenuhEPICENTRUM - Proses pemungutan suara di Irak sepertinya bakal menemui cobaan berat setelah 25 warga dikabarkan tewas di negara yang kondisi rapuh demokrasinya tersebut.

"Tindakan ini tidak akan melemahkan kehendak rakyat Irak," Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki seperyi dikutip laman Associated Pres di Irak, Minggu, 7 Maret 2010.

Berdasarkan catatan Associated Press (AP) disebutkan, korban tewan tersebut berada di timur laut Baghdad dimana 14 orang tewas setelah sebuah ledakan meratakan bangunan. Selain itu, tujuh orang warga Irak juga diduga tewas dalam sebuah serangan mortir di barat Baghdad.

Korban tewas lain berada di timur laut Baghdad tepatnya di kawasan Hurriyah, sebanyak tiga orang tewas setelah terkena lemparan granat yang ditujukan ke kerumunan masyarakat yang tengah menuju tempat pemungutan suara.

Korban terakhir yg tewas adalah seorang polisi di kota Mahmoudiya, selatan Baghdad akibat terkena ledakan bom di dalam sebuah pusat pemungutan suara. Ada juga ledakan di tempat lain di negeri ini, namun tidak ada laporan mengenai korban jiwa.

Dalam pemilihan umum (Pemilu) kali ini, diperkirakan 19 juta warga Irak memiliki hak pilih dalam menentukan pihak yang bakal memimpin negara tersebut usai pasukan Amerika Serikat (AS) menarik diri.

"Saya tidak takut dan saya tidak akan tetap tinggal di rumah. Sampai kapan? Kita perlu mengubah segala sesuatu. Kalau aku tinggal di rumah dan tidak datang untuk memilih, Azamiyah akan memburuk," kata salah seorang pemilihi Walid Abid yang sempat melihat ledakan mortir beberapa ratus meter dari lokasinya.

Pada Pemilu pertama kali ini, Perdana Menteri Nouri al-Maliki harus berjuang untuk masa depan politiknya terhadap sebuah koalisi yang dipimpin oleh Syiah terutama kelompok agama - Irak Islam Tertinggi Dewan dan partai yang dipimpin oleh ulama anti-Amerika Muqtada al-Sadr.

Dia juga menghadapi tantangan dari aliansi sekuler yang dipimpin oleh Ayad Allawi, mantan perdana menteri dan Syiah sekuler, yang telah bekerja sama dengan sejumlah Sunni dalam upaya untuk mengklaim pemerintah. (sumber: vivanews.com)