Selamat Datang

26 Oktober 2008

Sebuah Cerita Tentang Perjalanan Mencapai Cita


Wajahnya seolah meredup. Tatapannya kosong. Minggu pagi itu, Mira Febry Mellya tak berdaya saat Pemimpin Umum Epicentrum, Irfan Maullana, menyatakan bahwa ia termasuk dari empat orang yang tidak lulus dari Epicentrum Training Center (ETC) I. Tiga orang lainnya, Bobby Kurniawan, Jessica Dien Fitria dan Farid Nurfazri Firdaus pun bernasib serupa.

Tak berselang lama, mereka pergi meninggalkan Villa Rano Karno, tempat ETC I berlangsung. Yang tersisa hanya tujuh orang yang dinyatakan lulus dari 11 peserta yang mengikuti ETC I. Di kabin mobil yang mengantar ke empat peserta yang tidak lulus itu pulang, tangis pun menyeruak seiring perasaan gagal yang menyelimuti. “Wartawan kan gak boleh cengeng, tapi gue harus bilang apa ke orangtua gue, mana gue gak lulus lagi. Paling gak dapet kaos kek,” lirih Mira sambil terisak.

Tapi, drama di sedan keemasan itu tak berlangsung lama. Sesaat setelah Handphone Tiar-sang pengemudi-berbunyi, kendaraan pun berbalik menuju villa. Disana, ketujuh rekan mereka telah menanti di ambang pagar villa, ditemani beberapa panitia. Perjumpaan itu menjadi mengharukan ketika ketujuh peserta yang lulus menyambut mereka dengan pelukan hangat. Air mata pun kembali menetes. “Gue emang pengen bikin mereka seperti di Termehek-Mehek,” aku Irfan, yang mendesain drama pagi itu.

Akhirnya, ke-11 peserta itu kembali dibariskan di tepian kolam renang. Dihadapan mereka, berbaris para panitia ETC I yang juga termasuk pendiri Epicentrum. Tepat satu jam sebelum mentari berada diatas kepala, ke-11 peserta itu pun resmi dilantik sebagai Angkatan II Epicentrum. Senyum kemenangan pun terurai dari paras para peserta.

Koran Mini Epicentrum kembali mencatat sejarah. Setelah beberapa waktu lalu berhasil menorehkan nama di salah satu media cetak nasional, kini media berformat koran satu-satunya di IISIP Jakarta itu berhasil mensukseskan prosesi perekrutan anggota untuk kedua kalinya.

Bagi Angkatan II, kehidupan sebagai wartawan kampus telah menunggu mereka. Rutinitas peliputan dan penulisan berita pun telah menanti keesokan hari. Sedangkan bagi para panitia, ini adalah awal mula sebuah cerita baru yang mengisahkan tentang perjuangan dan pencapaian harapan untuk menjadi media kampus yang terkemuka.
Perjalanan pun segera dimulai.

Hambatan dan rintangan siap menanti. Tapi, para wartawan baru Epicentrum itu telah memiliki bekal teori dan praktek. Hanya waktu nantinya yang akan mengasah kemapuan mereka.

Potret Yang Terabaikan


Ada peribahasa yang mengatakan “Peraturan diciptakan untuk keudian dilanggar”, tentunya peribahasa tersebut tentunya sedikit menyeleneh. Namun, ada benarnya jika dilihat dari masalah sosial yang muncul ke permukaan belakangan ini.

Berbagai masalah sosial kehidupan dalam manusia yang ada di Indonesia saat ini sudah banyak terabaikan oleh masyarakat dewasa ini dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Oleh karena itu, Calon Anggota XIII, Kampus Tercinta Photography Club 32 (Kaphac 32) sebagai salah satu UKM tertua di IISIP pada pameran foto yang berlangsung 18-20 Juli lalu memilih tajuk ABANDONED (Yang Terabaikan) sebagai tema utama.

Menurut Heri Fitriadi, ketua panitia pameran calon Anggota Kaphac 32 tersebut mengatakan, pengangkatan tema tersebut diangkat bertujuan untuk menggerakkan hati sanubari pengunjung untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan lebih taat terhadap peraturan yang dibuat pemerintah sebab baginya kepedulian masyarakat kini sudah semakin berkurang.

“Dengan adanya pameran ini diharapkan para pengunjung tergerak hati dan sanubarinya untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar” ungkap Heri saat diwawancara Epicentrum disela-sela pameran.

Lebih dalam lagi ia menyampaikan dengan adanya pameran ini diharapkan para calon anggota Kaphac ini bisa memajukan dunia fotografi secara umum serta memajukan UKM Kaphac di kampus tercinta IISIP Jakarta pada khususnya.

Pada kesempatan yang sama Drs Agus Wiyanto selaku Pembantu Rektor III (Purek III) menyampaikan harapannya agar semua calon anggota dapat diterima menjadi anggota Kaphac serta dapat tetap membanggakan nama IISIP sepertinya yang dilakukan para senior sebelumnya dengan mendalami fotografi.

Menurut Agus, hal tersebut dapat dijadikan bekal hidup dikemudian hari nantinya. ”Ini merupakan keterampilan tambahan dan dapat menjadikan seseorang menjadi sarjana plus ketika lulus,” ungkapnya.

Pameran foto kali ini memamerkan 27 foto yang berasal dari 11 calon anggota yang rata-rata berasal dari angkatan 2007. Berdasarkan hasil polling 360 pengunjung yang melihat pameran tersebut didapatkan foto terfavorit adalah karya Aninto Hari yang berjudul “Nekat” dengan perolehan polling sebanyak 47 suara.(E1)

Wajah Baru Prestasi Baru?


Bersaing untuk menjadi kampiun di level lokal maupun internasional merupakan ambisi klub-klub dari Ingris, Spanyol, dan Italia. Tak sedikit mereka merogoh kocek untuk mendatangkan wajah baru guna menambah amunisi tim untuk mendulang prestasi tinggi



Musim transfer 2008-2009 kali ini termasuk ramai, bukan hanya perpindahan pemain namun pergantian pelatih pun menjadi sorotan publik pecinta liga Eropa. Para pemilik klub pun harus merogoh koceknya dalam-dalam demi mendapatkan pemain incarannya. Ada yg jadi pindah, namun tak sedikit juga yang gagal berseragam baru.

Kita mulai dari La Liga Primera, Barcelona tercatat paling banyak memboyong pemain baru musim ini. Setelah puasa gelar di 2 tahun terakhir, klub asal Katalan ini melakukan perombakan besar-besaran. Bintang-bintang lama yang dianggap tidak bersinar lagi seperti Ronaldinho, Deco, Zambrotta pun dilego. Sebagai gantinya, Alexander Hleb, Seydou Keita, Gerard Pique dan Daniel Alves diboyong ke Nou Camp dengan total keseluruhan sekitar 80 juta Euro. Ditambah pelatih baru ‘Pep’ Guardiola yang juga mantan pemain Barca di era 90-an.

Sementara rival abadi mereka, Real Madrid melakukan pembelian penting dengan mendatangkan playmaker timnas Belanda Rafael Van Der Vaart. Nampaknya sang pelatih Bernd Schuster lebih memilih mempertahankan ‘The Winning Team’, meskipun kegagalan mendatangkan CR7 dari MU masih menjadi penyesalan tersendiri bagi jajaran manajemen klub. Selain itu, mereka malah membiarkan pergi dua bintangnya yaitu Robinho yang dilego ke Manchester City, dan Baptista yang dijual ke AS Roma.

Dari Premiership, Chelsea terlihat paling aktif dibursa transfer. Dengan kekuatan finansial taipan Rusia Abramovic Chelsea semakin haus gelar. ‘Big Phil’ yang sebelumnya melatih timnas Portugal diboyong ke Stamford Bridge menggantikan Avram Grant. Deco, Bosingwa juga datang menyusul, sementara pemain ‘bermasalah’ seperti Shevchenko dibiarkan pergi.

Rival-rival seperti Liverpool, MU, dan Arsenal juga tak mau kalah. Samir Nasri dianggap pembelian berharga oleh Wenger. Dengan banderol 16 juta Poundsterling, pemain asal Marseille ini diharapkan mampu mendongkrak prestasi ‘The Gunners’ yang juga stagnan di 2 tahun terakhir.

Liverpool juga ikutan belanja, Robbie Keane serta Dossena diprediksi bakal bersinar di Anfield. Sementara ‘The Red Devils’ masih mensyukuri bertahannya bintang mereka Cristiano Ronaldo yang gagal bergabung dengan ‘El Real’. Untuk memperkuat lini depan, Sir Alex merekrut Dimitar Berbatov dengan merogoh kocek 31 juta Poundsterling, sungguh angka yang fantastis.

Liga Italia Jadi Sorotan

Tak bisa disangkal bahwa Premiership atau Liga Inggris merupakan liga terbaik saat ini. Dengan kekuatan finansial yang kuat, klub-klub asal Inggris mendominasi Eropa. Namun, dimusim 2008-2009 ini banyak kalangan menilai Serie A bakal kembali bersinar.
Ini ditandai dengan direkrutnya ‘The Special One’ Jose Mourinho oleh pemilik Inter Milan, Massimo Moratti. Walaupun di tiga musim sebelumnya ‘Nerrazurri’ masih termasuk sukses dengan menjuarai kompetisi domestik, namun kegagalan merajai Eropa ditengarai menjadi alasan utama Mancini dicopot.

Apalagi Inter sukses pula mendatangkan Amantino Mancini dari AS Roma, serta Quaresma dari Porto dengan biaya yang tidak sedikit. Dengan, skuad yang sebelumnya sudah memenangkan banyak gelar kecuali liga Champions, Inter diprediksi bakal merajai Eropa kali ini.

Salah satu daya tarik Serie A lainya adalah keberhasilan AC Milan mendatangkan seniman sepakbola asal Brasil yaitu Ronaldinho. Belum lagi kembalinya Shevchenko ke San Siro, dan datangnya Flamini serta Zambrotta. Walaupun di dua pertandingan awal ‘Rosonerri’ masih belum memetik kemenangan, namun pelatih mereka Carlo Ancelotti masih optimis timnya bakal merebut scudetto musim ini.

Patut kita tunggu kebangkitan ‘Si Nyonya Tua’ Juventus musim ini. Dengan bermodal pembelian Carvalho Amauri serta Poulsen dari Sevilla, Juve mulai menapak perlahan menjalani musim kebangkitan mereka. (E1)

Kegiatan Positif Di Bulan Ramadhan


Banyak cara untuk memperoleh pahala di bulan suci ini. Selain beribadah, pahala juga dapat diperoleh dengan mengisi kegiatan sehari-hari dengan berbagai hal positif lainnya seperti yang banyak dilakukan BEM, HIMA dan UKM Kampus Tercinta pada bula yang oenuh berkah ini.

Selama bulan Ramadhan banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh berbagai lembaga-lembaga yang ada, seperti Bakti Sosial (Baksos), buka bersama, Sahur on The Road dan lainnya. Nampaknya kesempatan positif ini tak akan dilewatkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (HIMA) serta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di kampus tercinta IISIP Jakarta.

Kegiatan yang dilakukan BEM sendiri bukan hanya mengadakan buka puasa bersama teman-teman mahasiswa serta pihak Rektorat Institut Ilmu Sosial dan Politik (IISIP) Jakarta, namun kegiatan yang diadakan adalah Baksos dan Sahur on The Road. Untuk Baksos yang semula direncanakan berlangsung pada Sabtu (20/9) baru dapat terlaksana Senin (22/9) di wilayah Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Mereka akan membagikan beras kepada warga sekitar sebelum berbuka puasa. Sedangkan untuk Sahur on the road rencananya akan dilaksanakan Rabu (24/9) di wilayah Jagakarsa. Hal ini dilakukan guna semakin menumbuhkan rasa empati terhadap warga yang membutuhkan bantuan.

Bukan hanya BEM saja yang melakukan kegiatan sosial semacam ini. Lembaga Dakwah Kampus (LDK), salah satu UKM yang ada di IISIP Jakarta, turut mengadakan SANLAT (Pesantren Kilat) dengan tema ”SANLAT DESIGN GRAFIS”. Mereka memiliki konsep acara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Selain mengadakan kegiatan yang dapat menambah keimanan selama bulan Ramadhan, SANLAT kali ini dilengkapi dengan adanya pelatihan Design Grafis yang diberikan secara gratis bagi para pesertanya. Selain itu peserta SANLAT kali ini bisa mendapatkan sertifikat karena telah berpartisipasi dalam pelatihan Design Grafis.

Ade Ifansyah, Ketua Panitia, menuturkan tujuan diadakannya kegiatan SANLAT DESIGN GRAFIS ini selain meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan pemahaman tentang Islam, juga bertujuan agar mahasiswa dapat memperoleh ilmu baru yang bermanfaat, yaitu mengetahui bagaimana cara-cara mendesain. Acara ini diadakan pada 20-21 September 2008 bertempat di SDIT Nurul Fikri Kelapa Dua, Depok.

Tidak hanya LDK yang mengadakan kegiatan SANLAT DESIGN GRAFIS dan BEM yang mengadakan BAKSOS serta Sahur on The Road, Himpunan Mahasiswa Jurnalistik (HIMAJUR) juga mengadakan acara yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya, yaitu acara yang bertajuk BUBAR atau buka bersama. BUBAR ditujukan untuk seluruh anggota aktif maupun pasif HIMAJUR.

Saat ditemui oleh Epicentrum, Galih sang ketua pelaksana BUBAR, mengatakan diadakannya BUBAR guna menjalin silaturahmi sesama anggota HIMAJUR yang aktif maupun pasif, mensolidkan antara senior dan juniornya, serta merangkul anak-anak 2008 yang akan bergabung menjadi anggota HIMAJUR kelak. Acara ini diadakan di ruang 2.4 pada Selasa (23/9), hanya dengan membayar uang sebesar Rp 20.000,-.

Tentunya kegiatan-kegiatan positif semacam ini akan banyak ditiru dan dimanfaatkan momen baiknya untuk menambah keimanan serta ketakwaan di Bulan Ramadhan. Terbukti kegiatan inipun dilakukan oleh HIMA dan UKM lainnya seperti HIMAPOL.(E2)

Mahasiswa Perlu LBHM Sebagai Payung Hukum


Mendapat nilai E akibat absen sebanyak tiga kali dari jumlah kehadiran atau pun gagal dalam ujian akhir itu soal biasa di kampus ini. Namun, apa jadinya kalau nilai E didapat dari hasil pemalsuan Surat Izin Menempuh Ujian (SIMU) dengan alasan “terpaksa”. Ini lah yang terjadi pada 32 mahasiswa IISIP Jakarta, mereka saat ini membutuhkan payung hukum kemahasiswaan.

Dengan adanya kasus pemalsuan Surat Ijin Mengikuti Ujian (SIMU) yang dilakukan 32 mahasiswa IISIP Jakarta, membuat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Permusyawaratan Mahasiswa (BPM) berniat membentuk Lembaga Badan Hukum Mahasiswa (LBHM) yang berfungsi memberikan mediasi kepada mahasiswa dari permasalahan yang terjadi di kampus.

Meski belum resmi terbentuk, beberapa gerakan sudah dimulai sebagai sinyalemen akan terbentuknya LBHM IISIP. Payung hukum mahasiswa ini nantinya akan diisi BPM, BEM, HIMA dan UKM sebagai tulang punggung yang tetap bernaung dibawah KM-IISIP Jakarta. Rencana membentuknya LBHM ini baru diusulkan pada pihak mahasiswa terlebih dahulu. Presidem BEM Adang menjelaskan jika seluruh mahasiswa sudah memiliki satu tujuan dan persamaan baru akan diusulkan pada pihak kampus.

Kedepannya LBHM diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi seluruh mahasiswa IISIP Jakarta. Jadi pembentukan LBHM ini yaitu sebagai perintis atas kefakuman-kefakuman yang ada di kampus tercinta IISIP Jakarta dengan upaya untuk membangkitkan kembali serta mensolidkan seluruh mahasiswa IISIP Jakarta.

Mengenai kasus SIMU ini, sebelum melangkah lebih jauh lembaga yang digadang-gadang akan memediasi mahasiswa IISIP berupaya berpandangan objektif dalam menilai permasalahan yang ada. Lebih lanjut, kedua belah pihak baik Rektorat IISIP maupun mahasiswa yang terkait membenarkan kasus yang belakangan ramai terdengar setelah dilakukan kroscek.

Lebih lanjut, langkah awal yang ditempuh bakal payung hukum mahasiswa ini adalah mengadakan komunikasi dengan 32 mahasiswa yang terkait kasus SIMU pada 13 dan 16 September 2008 lalu. Namun, langkah tersebut tidak membuahkan hasil positif, pasalnya dari ke-32 mahasiswa tersebut tidak lebih dari 5 orang yang hadir sehingga menyulitkan mediasi yang akan dilakukan dengan Rektorat IISIP kedepan sulit dilakukan.

Sementara pihak BEM dan BPM sebagai pengangungjawab LBHM menyayangkan kesalahan sistem yang dilakukan kampus dalam memberikan sangsi. Pasalnya, sangsi yang dijatuhkan bukan berupa sangsi administrasi, melainkan sangsi akademik seperti memberikan nilai E pada semua mata kuliah disemester lalu.

Sebagai sanksinya, mata kuliah yang telah diambil semester lalu dianggap ”hangus” dan harus diulang pada semester Gasal 2008 ini. Tentu hal itu sangat merugikan mahasiswa yeng bersangkutan, apalagi dengan kesalahan yang dilakukan.

Dengan begitu, sanksi yang diterima ke-32 mahasiswa tersebut sangat memberatkan. Oleh sebab itu LBHM akan memperjuangkan sanksi yang diberikan kampus terhadap mahasiswa bersangkutan. ”Kan sayang bagi mahasiswa yang akan skripsi atau udah semester akhir, dengan adanya sangsi tersebut akan sangat menghambat mereka,” ujar Adang.

Disisi lain upaya serupa tengah dilakukan BEM untuk memberikan mediasi kedua pihak untuk meninjau ulang sangsi yang diberikan, ternyata kampus menolak tawaran untuk peninjauan kembali atas sangsi yang diberikan. Apalagi kampus terlanjur mengeluarkan Surat Keputusan (SK) untuk kasus yang terjadi. Apabila membicarakan soal SK maka membicarakan soal hukum lagi, sehingga sampai saat ini belum adanya tanggapan positif dari pihak kampus atas kasus yang menimpa ke 32 mahasiswa IISIP Jakarta.(E1)

Million: “Masyarakat Bisa Kembangkan Daerah dengan Tabungan”


Million Sekarsari gadis belia yang terlahir 22 tahun silam di Jakarta, tepatnya pada tanggal 26 April 1986 kehidupannya sontak berubah ketika terpilih dalam ajang Abang dan None Jakarta 2008 pada 4 Juli 2008 lalu. Pasalnya pemilik tinggi badan 165 sentimeter dan berat badan 55 kilogram ini mempunyai tugas baru sebagai Duta Pariwisata selama satu tahun kedepan.

Sebagai None Jakarta 2008, Million masih tercatat sebagai salah satu mahasiswa Strata Satu di London School of Public Relations Jakarta dengan mengambil studi Public Relation. Kepada Epicentrum dia pun bercerita tentang perasaanya ketika terpilih sebagai None Jakarta, “Aku tidak menyangka sama sekali sewaktu namaku disebut sebagai pemenang. Aku yang benar-benar gugup, apalagi sewaktu jawab pertanyaan dari dewan juri, aku semapat stack,” aku Million yang tak mengira kalau nomor urut yang dikenakannya akan disebut oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Rasa gugup itu pun cepat berlalu, sebab dirinya mampu menyelesaikan jawaban yang dilempar oleh dewan juri pada malam itu. “I’ve try my best, meski sempat melakukan sedikit kesalahan,” katanya.
Setelah terpilih menjadi None, Million malam itu langsung disibukkan dengan kegiatan pertamanya sebagai Duta Pariwisata. Million malam itu langsung tancap gas menuju studio Global TV guna meladeni wawancara di salah satu program tayangan televisi swasta tersebut.

Disisi lain, Million juga tergabung dalam grup band yang telah dirintisnya sejak di bangku sekolah. “Dari SMA aku sudah ngeband sama taman-teman aku dan sampai sekarang aku masih aktif ngeband sebagai vokalis rangkap bermain keyboard,” ungkap Million.

Lebih jauh Million bercerita tentang obsesi dirinya kelak untuk menjadi presiden RI. Bahkan gadis murah senyum ini mengaku tidak tertarik untuk memasuki dunia entertainment, “Aku mikirnya kalau saja aku mau masuk entertain, toh aku sudah punya band justru di Abnon ini aku jadikan peluan sebagai pintu masuk ke dunia politik karena dari kecil aku terobsesi banget untuk menjadi presiden,” imbuhnya.

Ketika ditanya mengenai kebiasaan menabung di bank, menurutnya menabung merupakan suatu hal yang baik terutama buat masa depan. “Tapi kalau misalnya masih ada orang yang menyimpan uang dibawah bantal, maka yang nomor satu harus diingat adalah tingkat keamanannya,” jelas Million mengingatkan.

Untuk itu None Jakarta ini menyarankan agar masyarakat mulai menabung di bank yang sudah dijamin keamanannya dan mendapat banyak manfaat dari tabungan, ”Daripada menyimpan uang dibawah bantal dan nggak dapat bunga atau malah uang yang dibawah bantal bisa hilang,” katanya.

“Soal BPD saat ini yang pasti buat pemasukan daerah itu sendiri dan seharusnya masyarakat bisa membanggakan daerahnya sendiri dengan berpartisipasi turut menabung di BPD,” papar Million yang bangga akan bank daerah dari tanah kelahirannya mampu menunjukkan kredibilitas Jakarta sebagai ibukota pemerintahan, perekonomian dan segala macam hal lainnya.(E1)

Bergelut di Balik Layar


Begitu banyak dosen yang mengajar di IISIP, Jakarta. Namun hanya sebagian dari mereka yang memang praktisi di bidang Jurnalistik. Salah satu dari dosen tersebut adalah Dedet R. Bur.

Dosen jebolan S1 IISIP tahun 1987 ini memang mumpuni di bidang Jurnalistik, begitu banyak pengalaman yang bisa dijadikan contoh bagi mahasiswa yang tertarik terjun dalam bidang jurnalistik. Terbukti dari perjalanan kariernya yang memang tak lepas dari hiruk pikuk dunia jurnalis.

Akan tetapi pekerjaan yang digelutinya sekarang ini memang jauh dari karya tulis menulis yang biasa dilakukan oleh alumni-alumni jurnalistik jebolan IISIP, melainkan lebih kepada pekerjaan di balik layar.

Pekerjaan awal pria yang akrab disapa Bang Dedet ini, yaitu sebagai Kepala Redaktur di Radio swasta di Jakarta. Hal itu dijalaninya ketika beberapa kawannya mengajak dirinya untuk mendirikan radio humor, dimana kala itu radio-radio di Jakarta jarang bahkan bisa dikatakan tidak ada yang ber-genre humor. “Waktu itu saya dan teman-teman mengganti nama Radio Suara Kejayaan (SK), menjadi SK dengan arti bahwa SK bukanlah Suara Kejayaan tetapi Suka Ketawa atau apapun artinya pokoknya kita menamakan radio tersebut dengan radio Humor, yang resmi didirikan tanggal 24 Januari 1987,” terang Dedet.

Dari radio tersebut, ayah dari dua orang anak ini banyak melahirkan bintang lawak radio, salah satunya yang terkenal ialah Patrio (Parto, Akrie dan Eko). Cukup lama pria yang berpostur tubuh tinggi tegap ini menekuni pekerjaannya di radio humor tersebut, “Lumayan lama saya di radio SK dari tahun 1987-1995, tapi ketika saya mendapat tawaran kerjasama di RCTI dan saya juga merasa sudah cukup membangun radio SK, maka saya memutuskan keluar dari radio tersebut dan bekerjasama dengan RCTI, di RCTI saya ditawarkan menjadi konseptor,” ungkapnya.

Di tahun 1993, Dedet mendapat tawaran untuk mengajar di IISIP dari AM. Hoetasoehoet yang tak lain Rektor IISIP pada saat itu. Tawaran tersebut tak langsung diterimanya hingga Omar Abidin Gilang yang kini menjabat Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan yang juga sahabat dekat Dedet datang membujuknya. Alhasil, setelah 3 bulan befikir Dedet akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran sebagai dosen IISIP. “Alhamdulillah sampai sekarang saya masih mengajar disini,” ungkap suami dari Nany Subandya.

Dari sekian banyak pekerjaan yang menyita waktunya, anak ke lima dari tujuh bersaudra ini masih tetap menyempatkan diri untuk berkumpul dengan anak dan istrinya, “Walau saya sering disibukan dengan pekerjaan, saya dan istri sepakat bahwa hari Sabtu-Minggu dan hari libur lainnya harus disisakan untuk keluarga, jadi minimal seminggu sekali saya menghabiskan waktu saya dengan anak dan istri dirumah,” katanya.
Selain kerjasama dengan RCTI dan mengajar sebagai dosen di IISIP, Dedet juga memiliki beberapa usaha lainnya, yaitu mendirikan 4 perusahan radio-radio lokal yang tersebar di 4 daerah di Indonesia dan juga 3 perusahaan Event Organizer (EO) bersama kawan-kawanya.

Tetapi dari banyaknya perusahaan tersebut, dia percayakan dikelola oleh orang-orang kepercayaannya terutama usahanya dalam dunia Radio, “Saya tuh orangnya mudah percayaan sama orang lain jadi dari keempat radio yang saya punya semuanya saya percayakan kepada orang-orang kepercayaan saya, jadi saya tinggal menunggu laporannya saja,” lanjut dosen yang mempunyai cita-cita menjadi politikus ini.

Tidak hanya bergelut dibidang radio saja, Dedet juga sempat membuat 2 buah film dokumenter yang mengkisahkan “Tentang Badui” dan “Anak Mentawai”, kedua film tersebut dibuat bersama dengan teman-temannya, “Dari mulai setting tempat, ide cerita, sutradara, cameraman, saya semua yang pegang,” aku Dedet kepada Epicentrum
Pria yang terkesan cuek ini pun tidak merasa bosan dengan bidang yang digelutinya, “Rasa bosan atau jenuh pasti ada tapi buat saya itu wajar, ya mau gimana lagi saya menyukai pekerjaan saya ini,” terang Dedet yang memilih menyibukkan diri di kampus guna mengusir rasa bosan.

Dari sekian banyak yang digelutinya, masih ada satu keinginan dosen yang biasa memegang mata kulia Auvi ini yang belum terpenuhi, yaitu membangun sekolah untuk orang miskin. “Kalau maslah proposal dan konsep sudah ada, tinggal bangunan sekolahnya saja yang belum,” jelasnya sekaligus menutup perbincangan dengan Epicentrum.(E1)

Memajukan Gerakan Mahasiswa dengan Taktik Mengintervensi Pemilu 2009

Jika musuh tidak mau menyerah,
maka dia harus dihancurkan![Maxim Gorkhy]


Tulisan ini hendak menjadi landasan berpikir bagi gerakan mahasiswa Indonesia yang oleh banyak pengamat dianggap telah mengalami dis-orientasi, krisis kepercayaan dari rakyat, bahkan telah kehilangan Elang gerakannya—tidak segarang tahun 1998, dan sebagainya. Setidaknya udah begitu banyak konsolidasi nasional dilakukan oleh kawan-kawan tetapi belum berujung pada jalan keluar dari problem gerakan saat ini, karena selama ini konsolidasi masih sebatas ajang seremonial belaka, saling kenal dari kawan-kawan berbagai daerah [outputnya terkadang hanya tukar-menukar no.Hp] dan yang paling parahnya malah menimbulkan fragmentasi.

Kupikir kita berkumpul bukan sekedar menghabiskan energi kita termasuk sumber daya logistik tampa melahirkan sebuah jalan keluar bagi kebuntuan gerakan mahasiswa. Makanya, kuharap konsolidasi nasional ini bisa menjadi ajang membangun perdebatan strategi-taktik untuk memajukan gerakan mahasiswa—semoga.

Perjuangan mahasiswa tahun 1998 yang diagung-agungkan sebagaian kawan-kawan, sebagian lagi mencelanya sebagai gerakan yang gagal karena tidak mampu melahirkan perubahan mendasar; kesejahteraan bagi Rakyat. Tapi, bagiku mengandung segi-segi positif dan negatif bagi perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia kedepan, tapi perlu di tekankan disini bahwa segi positif dan negatif bukanlah hal yang harus ditangisi disini tetapi merupakan material yang menyebabkan gerak—menurut filsafat.

Yang di maksud segi-segi positif dari perjuangan mahasiswa tahun 1998 disini antara lain; [1] berhasil menjatuhkan symbol kediktatoran rezim orde baru—Soeharto lewat aliansi mahasiswa-rakyat [buruh-tani-kaum miskin perkotaan], hal ini semakin membuka perspektif gerakan mahasiswa bahwa untuk menuntaskan perjuangan ini—reformasi total harus ada aliansi strategis gerakan mahasiswa dan rakyat.

[2] walaupun tidak tuntas telah mampu merubah struktur politik—maksudnya membuka ruang-ruang demokrasi seperti kebebasan pers, kebebasan membangun organisasi massa, pertemuan politik, dan pemilu multi partai tahun 1999 meskipun harus diakui bahwa ini masih dalam syarat-syarat demokrasi borjuis.

[3] telah meluaskan aksi massa sebagai metode perjuangan bagi massa rakyat [4] meluaskan kesadaran kritis/politik selama 32 tahun floating mass meskipun masih terkadang tingkat kesadaran politik ini masih sangat rendah dan mudah dimanipulasi elit politik.

Sedangkan segi-segi negatifnya adalah; [1] Kelemahan strategi taktik; membuat mahasiswa tidak mampu membangun struktur politik alternatif bersama gerakan rakyat sehingga kepeminpinan politik –baca; transisi demokrasi- di telikung oleh borjuis reformis palsu.

[2] Fragmentasi gerakan, karena kesalahan memandang dan menyimpulkan situasi ekonomi-politik yang berkembang contoh dalam kasus menentukan sikap terhadap pemilu 1999[3] kelemahan ideologi gerakan membuat gerakan mahasiswa tidak cukup kuat bertahan di tengah liberalisasi politik dan perkembangan politik yang begitu cepat.
Nah, dari segi-segi positif inilah kami berpandangan bahwa gerakan mahasiswa kemudian mengalami kemunduran drastis dalam hal kemampuan mobilisasi dan kualitas gerakan [ideologi-politik-organisasi].

Situasi ini semakin diperparah oleh tidak adanya konsolidasi—dalam makna penyatuan gerakan sehingga sulit menentukan –atau membaca dinamika politik yang ada. Yang marak terjadi—terutama jakarta adalah[1] Gerakan mahasiswa sangat latah dengan situasi politik yang ada—baca; bersandar pada momentum.

[2] karena kelemahan diatas, gerakan mahasiswa terjebak pada pragmatisme; ideologi Kei—makelar politik marak di tingkatan aktivis dan organisasi mahasiswa organisasi—komite aksi yang tidak memiliki prinsip organisasi yang kuat.