Selamat Datang

6 Maret 2008

Epicentrum Online

Epicentrum Online adalah media massa elektronik Epicentrum yang online di dunia maya dengan menyuguhkan berita terhangat seputar internal kampus IISIP, Sosial, Politik, Ekonomi, Budaya, Megapolitan, Nasional dan Internasional.

Kirimkan tulisan anda dalam bentuk spot news, feature, atau artikel ke email redaksi Epicentrum: epicentrum_iisip@yahoo.com

Roma Singkirkan Madrid di Bernabeu

HAMBURG--Epcr; AS Roma berhasil menyingkirkan juara Eropa sembilan kali Real Madrid dari babak 16 besar Liga Champions lewat kemenangan 2-1 di Bernabeu, Rabu.Gol Roma dicetak Rodrigo Taddei menit ke-72 dan Mirko Vucinic menit 90, sedang gol Madrid dicetak kapten mereka Raul Gonzales menit ke 75. Hasil ini membuat Roma lolos kebabak delapan besar karena menang agregat 4-2.Taddei menjadikan Roma unggul melalui sundulan kerasnya, dua menit setelah Pepe dikeluarkan dari lapangan pertandingan. Namun Madrid berhasil menyamakan kedudukan lewat penyerang mereka, Raul Gonzales dua menit kemudian. Hasil imbang sebenarnya cukup untuk membawa Roma lolos namun Vucinic mengukuhkan keunggulannya di menit-menit terakhir.Di LOndon Chelsea menyusul saingannya di Liga Utama Inggris, yakni Arsenal danManchester United untuk maju ke perempatfinal, setelah menang 3-0 atas timYunani, Olympiakos.Tiga gol 'The Blues' dicetak Michael Ballack menit ke-6, Frank Lampard menit ke-25 dan Salomon Kalou menit ke-47. Hasil ini memperpanjang rekor tak terkalahkan Chelsea dalam pertandingan kandang menjadi 60 pertandingan, untuk membawa the Blues masuk delapan besar untuk keempat kalinya dalam lima musim terakhir.Dalam pertandingan lainnya Rabu malam, Porto dan tim Jerman, Schalke 04 harus memainkan perpanjangan waktu, setelah Porto mencetak gol di menit-menit terakhir pertandingan untuk menjadikan skor 1-0 setelah pertandingan 90 menit skor 1-1 agregat.Undian perempatfinal dan semifinal akan dilakukan 14 Maret. Pertandingan pertama perempatfinal akan dilaksanakan tanggal 1 dan 2 April, dengan pertandingan kedua 8 dan 9 April.(Ant/DPA/E1)

Hercules Dijilat Api


Pesawat kargo jenis Hercules milik maskapai Manunggal Air terbakar, Kamis (6/3), sesaat setelah mendarat di Bandara Wamena, Papua. Pesawat kargo yang terbang dari Jayapura itu mengangkut sekitar 10 ton muatan, di antaranya BBM jenis avtur.

Kini Berjualan Gas Elpiji


Kasman yang biasanya berjualan minyak tanah kini telah berganti dagangannya berupa tabung gas elpiji 3 kg ketika berkeliling kampung di sekitar Cililitan, Jakarta, Kamis (6/3). Konversi minyak tanah ke gas akan berjalan dengan lancar jika instansi terkait selalu membantu ketersedian gas.

Incubus World Tour


Grup band Incubus dari Amerika Serikat menghibur penggemarnya di Jakarta untuk pertama kali dalam "A Mild Live Incubus World Tour" yang dipromotori Java Musikindo di Tenis Indoor Senayan, Rabu (5/3). Indonesia merupakan negara pertama yang dikunjungi band yang terbentuk tahun 1991 itu dalam rangkaian tur dunianya.

Sekolah Unggulan Tidak Hanya Perkaya Unsur Keilmuan

JAKARTA--Epcr: Sekolah unggulan yang tersebar di Indonesia tidak hanya diarahkan untuk memperkaya diri dengan unsur keilmuan saja. Tetapi juga, harus dilengkapi dengan unsur ketakwaan, karena tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia yang cerdas sekaligus berakhklak mulia.

"Orang tua jangan terlalu bangga dengan sekolah unggulan yang hanya mengunggulkan akal, tetapi tidak kalbunya," ujar pengamat pendidikan Prof Arief Rachman dalam diskusi Ukhuwah Membangun Kemandirian Umat dalam Pendidikan, di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (5/3) petang.

Arief menuturkan, model pendidikan yang hanya menggunggulkan akal, dapat menciptakan orang yang memiliki banyak gagasan untuk melakukan korupsi tanpa adanya kesadaran bahwa perilaku tersebut adalah salah.

"Artinya, orang tua perlu mengingat ajaran pendidikan yang lebih penting, tidak semata banyak gagasan dan mengejar kelulusan sekolah, tetapi juga perlu menanamkan kejujuran kepada anak," ujar Arief.

Dalam hal ini, Arief mencontohkan, sekolah Perguruan Diponegoro yang sebagian besar siswanya memiliki orang tua yang penghasilannya kerap pas-pasan seperti tukang cuci pakaian, penggali kubur, dan buruh musiman, ditanamkan pentingnya arti kejujuran.

"Di sekolah Perguruan Diponegoro itu, murid yang tidak lulus mencapai 101 orang pada tahun lalu. Setelah saya tanya, ada anak yang bilang itu karena saya selalu mengajarkan untuk jujur dan tidak nyontek. Saya lalu katakan, biarlah kalian tidak lulus tetapi jujur, karena sikap jujur itu yang akan membawa kalian ke surga," cerita Arief.

Dengan kata lain, tegas Arief, salah satu solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia yakni, dengan menciptakan sistem pendidikan yang juga memiliki perhatian yang khusus kepada pembentukan akhlak mulia.

"Di sisi lain, juga perlu ditanamkan kecerdasan sosial kepada anak-anak dengan memberikan pemahaman bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, selayaknya berempati atau bisa merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, serta menolong orang lain," ujar Arief.

Sementara itu, pembicara lainnya, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Pusat, Setia Dharma Madjid mengemukakan, salah satu cara mengajarkan anak dengan pendidikan akhlak mulia yakni kejujuran, dapat melalui program buku murah.

"Dari buku-buku murah yang terjangkau dibeli, akan ada nilai-nilai akhlak mulia yang diperoleh. Di India saja misalnya, ada yang namanya people`s book yang merupakan buku murah untuk warga tak mampu di sana," ujar Setia Dharma. (MI/E1)

Badan POM Bantah Daftar Susu "Aman" dan "Tidak Aman"

Jakarta -- Epcr; Beredarnya surat elektronik ("e-mail") tentang daftar susu yang "aman" dan "tidak aman" bakteri Enterobacter Sakazakii, dibantah kebenarannya oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Husniah Rubiana Thamrin Akib.
Adanya isu tentang daftar susu aman dan susu yang berbahaya yang beredar di masyarakat, dan mengatasnamakan Badan POM, adalah tidak benar, kata Husniah di Jakarta, Jumat.
"Informasi yang mengatasnamakan Badan POM itu sama sekali tidak bertanggungjawab," ujarnya.
Menurut perempuan yang akrab disapa Ance itu, semua produk pangan yang beredar di masyarakat sudah menjalani pemeriksaan lewat Badan POM sehingga jika sebuah produk tidak memenuhi syarat dalam pengujian mutu dan pangan serta gizi, maka otomatis tidak akan mendapat izin edar.
"Pengawasan produk pangan termasuk dilaksanakan secara rutin terhadap berbagai cemaran. Dalam hal ini, susu formula dan makanan bayi termasuk prioritas untuk dilakukan pengujian," katanya dalam konferensi pers membahas pemberitaan mengenai hasil penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang mendapati sebagian susu formula serta makanan bayi yang tercemar bakteri E. Sakazakii.
Ia menginformasikan bahwa selama ini hasil pengujian terhadap susu formula menunjukkan produk susu formula di Indonesia memenuhi syarat untuk diedarkan.
"Dalam 42 tahun penelitian di seluruh dunia, hanya ditemukan 48 bayi yang terinfeksi Enterobacter Sakazakii," katanya.
Menurut Husniah, ada tiga kemungkinan seorang bayi tercemar mikroba dari susu formula, yaitu karena bahan baku yang tercemar, kontaminasi saat pasteurisasi, dan kontaminasi saat penyiapan susu kepada bayi.(Ant/E1)

Jalur 'Busway' Harus Steril Dari Kendaraan Lain


JAKARTA--Epcr; Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menegaskan bahwa jalur busway tidak boleh digunakan oleh kendaraan lain dan pelanggar peraturan akan diberi sanksi.
"Saya kira saya tidak pernah memberi toleransi menggunakan jalur busway yang sudah operasional kepada traffic lain atau kendaraan lain," kata Fauzi di Balaikota Jakarta, Kamis (6/3).
Gubernur menyebutkan bahwa kendaraan lain hanya boleh melewati jalur busway yang belum digunakan tetapi begitu koridor tersebut dipakai, kendaraan lain tidak bisa lagi menggunakannya.
"Yang saya beri toleransi waktu itu adalah jalur-jalur yang konstruksinya belum selesai dan belum operasional," tegasnya.
Aturan yang dipakai adalah Perda no.2/2005 yang menyatakan jalur busway adalah khusus dilalui bus Transjakarta dan menggunakan aturan lalu lintas dimana di setiap jalur busway memang dipasang tanda dilarang masuk.
"Kan kita tidak bisa punya tafsiran sendiri-sendiri kalau ada tanda tidak boleh masuk. Jangan dibiarkan itu tidak dilaksanakan secara konsekuen," kata Gubernur.
Sementara itu, polisi lalu lintas menyatakan bahwa pihak mereka tetap berpegangan pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yakni UU Lalu Lintas.
Dalam pertemuan dengan pansus busway minggu lalu, Dirlantas Polda Djoko Susilo menyatakan bahwa berdasarkan UU tersebut, kendaraan lain dimungkinkan melewati jalur busway jika kondisi mendesak seperti adanya
banjir atau kemacetan parah.
Sampai dengan Kamis siang di sejumlah jalur busway di kasawan jalan Pemuda, Pramuka, Matraman masih terlihat kendaraan lain yang melintas di jalur khusus Transjakarta, sementara itu di jalan Medan Merdeka Timur dan kawasan Tugu Tani, jalur khusus itu telah steril. (Ant/E1)

Catatan Kelam itu Ikut Pergi Bersama sang Jenderal

BUNYI sirene mobil jenazah semakin jelas terdengar ketika arak-arakan pengantar jenazah mantan Presiden Kedua RI, Soeharto, memasuki Bandara Halim Perdana Kusumah, Senin (28/1).
Sejumlah anggota masyarakat tampak berdiri di sepanjang bahu jalan, seolah ingin menyampaikan penghormatan terakhir bagi mantan penguasa Orde Baru.
Letusan rasa haru tidak terbendung ketika mobil jenazah yang membawa jasad Sang Jenderal melintas. Sebagian dari mereka tampak terdiam. Tidak lama, air mata berjatuhan.
'Selamat jalan, Pak Harto. Selamat jalan.' Demikian bunyi beberapa spanduk yang mereka bawa, seolah ingin dibaca sang Jenderal Besar.
Di sudut lain jalan menuju bandara, beberapa pelajar juga terlihat menunggu iring-iringan itu dengan setia. Mereka mengangkat telapak tangan kanan mereka ke dahi, memasang sikap hormat ala prajurit ke arah iring-iringan.
Wafatnya Soeharto, pada Minggu (27/1), memang menyisakan catatan tersendiri yang patut dikenang bangsa Indonesia. Perintah untuk menaikkan bendera Merah Putih setengah tiang serta pernyataan resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk berkabung selama tujuh hari membuktikan bahwa bangsa ini memang masih menaruh simpati kepada penguasa rezim Orde Baru itu.
Meski ada sederet catatan hitam memenuhi portofolio Soeharto sepanjang 32 tahun masa kepemimpinannya, saat ia pergi, bangsa ini kehilangan.
Soeharto memang dikenal sebagai sosok presiden yang memiliki gaya kepemimpinan otoriter dan bertangan besi. Ia tidak segan-segan menunjukkan kekuasaannya sebagai orang nomor satu di Indonesia kepada penentang, rival politik, atau orang yang ingin 'menggoyang-goyang' kebijakannya.
Lihat saja, bagaimana peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974) meletus. Aksi mahasiswa yang ketika itu menentang 'penjajahan ekonomi' Jepang atas Indonesia berakhir menjadi tragedi yang menelan korban 11 orang meninggal dan 300 orang luka-luka.
Tentunya, banyak keluarga korban yang kehilangan dan terluka hatinya ketika itu. Demikian pula, ketika peristiwa Tanjung Priok pada 12 September 1984 terjadi. Peristiwa itu bermula dari diadakannya tablig akbar di Jalan Sindang oleh Amir Biki, salah seorang tokoh masyarakat setempat, yang dalam ceramahnya menuntut aparat keamanan untuk membebaskan empat orang jemaah Mushola As Sa'adah yang ditahan (Tempo Interaktif, 17 Juni 2004).
Situasi tersebut berkembang begitu cepat sampai terjadi penembakan yang menimbulkan korban sebanyak 79 orang, dengan rincian 24 meninggal dan 55 luka-luka.
Belum lagi pada tragedi Trisakti dan Semanggi I yang meletus pada akhir kepemimpinannya. Betapa banyak orang yang kehilangan orang yang dicintai, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Namun The Smiling General sudah tiada. Catatan itu pun seolah terbawa pergi bersamanya. Kasus-kasus pidana yang menyangkut dirinya pun secara hukum gugur. Tinggal bagaimana kasus perdata yang hingga sekarang belum terselesaikan.
Apakah kasus-kasus itu nantinya akan diwariskan kepada keluarga mantan penguasa Orde Baru tersebut,Walahualam.

Pemimpin ideal
Tapi, sebagai pemimpin bangsa sekaligus jenderal besar, Soeharto memang dikenal sebagai figur yang mudah tersenyum dan tidak pernah menampakkan rasa kekesalan dalam bentuk emosi. Namun siapa sangka di balik keramahannya, Soeharto ternyata handal merancang suatu pemerintahan yang melanggengkannya selama 32 tahun.
Wakil Ketua DPR AM Fatwa menilai, "Sistem pemerintahan Soeharto memang sengaja didisain untuk mengemas pemerintahan dalam sistem yang otoriter."
Itu terlihat dari bagaimana ia melakukan pengerdilan demokrasi dalam bentuk perampingan partai politik (parpol). Sistem multipartai yang sebelumnya dianut RI dipangkas hanya menjadi dua partai, ditambah satu golongan, yakni Golongan Karya. Itu secara nyata merupakan pengebirian terhadap alam demokrasi bangsa ini. Rakyat jadi tidak memiliki pilihan, ditambah pendidikan politik yang tidak berlandaskan kebebasan berpikir sehingga bangsa ini menjadi apatis, dan tidak berusaha berpikir kritis.
Tidak berlebihan bila AM Fatwa mengatakan, "Sistem demokrasi yang dibentuk Soeharto terkesan bohong-bohongan."
Namun, sebagai bangsa yang arif dan bijaksana, masyarakat memang sudah sepatutnya melihat beberapa catatan positif yang diukir mantan Presiden Soeharto.
Misalnya bagaimana ia berhasil menghadapi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Negara Islam Indonesia, yang ketika itu merongrong kedaulatan serta keutuhan bangsa karena tidak sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kini, di luar pro dan kontra mengenai dirinya, ketika melihat bagaimana isak tangis, dan kesetiaan sebagian anggota masyarakat yang ditunjukkan dengan berbondong-bondong ikut mengantarkan jasadnya sebelum ke tempat peristirahatan terakhir, kita jadi bertanya, apakah memang sosoknya adalah yang paling diterima sebagai pemimpin di negeri ini?
Walaupun di masa pemerintahannya berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia terjadi, pengebirian hak politik rakyat dilakukan, apakah memang seharusnya demikian idealnya memimpin negeri ini?
Sebab seperti dipaparkan Wakil Presiden Mahasiswa Trisakti Angga Kurnia Imban, Soeharto bagi dirinya seorang jenderal besar. Yang dalam masa kepemimpinannya berperan besar dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Bahkan, di bidang politik, kebijakan membuat dua parpol dinilai mahasiswa tersebut melahirkan stabilitas dalam negeri.
"Di bidang politik, kebijakan dua parpol menimbulkan stabilitas yang baik di dalam negeri. Selain itu, peran Soeharto pada swasembada pangan di Indonesia cukup besar," papar Angga.
Namun memang penting menjadi catatan bahwa pendekatan militeristik yang dilakukan pemerintah pada masa Orde Baru perlu diminimalisasi pada masa mendatang.
Seperti diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Anas Urbaningrum, pendekatan militeristik pada era Orde Baru harus dijadikan tolak ukur dalam menentukan pemimpin bagi Indonesia di masa mendatang.
Menurutnya, kasus-kasus yang terjadi di masa Soeharto harus menjadi hikmah dan pelajaran bagi pemimpin bangsa baik di tingkat nasional maupun daerah. "Yang terbaik adalah pemimpin yang bekerja atas dasar sistem yang baku dan kokoh," ujarnya.
Anas juga menambahkan bahwa seorang pemimpin bukan menjadikan dirinya sebagai hukum dan kekuasaan yang melebur pada pribadinya.
Tanggapan tentang hal ini juga datang dari AM Fatwa. Menurutnya, seorang pemimpin yang tepat untuk saat ini adalah orang yang mampu menjalankan roda reformasi. Ia juga menambahkan bahwa di masa mendatang, pemimpin harus mampu menyejahterakan rakyat dari berbagai bidang.
"Ia harus menjalankan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mampu memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakat, " paparnya.
Di bidang pendidikan, AM Fatwa juga menambahkan bahwa pemimpin Indonesia ke depan harus mampu mewujudkan anggaran 20% bagi pendidikan.
Hal senada juga disampaikan Hariman Siregar, "Idealnya pemimpin itu harus satu kata dengan perbuatannya."
"Harus bijak terhadap rakyat, tidak seperti pemerintah yang saat ini terkesan ragu-ragu," tambah Presiden Mahasiswa Trisakti, Angga Kurnia.Tim Rostrum IISIP Jakarta/T-1

Hitam Putih Pak Harto

PAK HARTO, Bapak Orde Baru (Orba), orde keemasan bangsa Indonesia, yang sekaligus merupakan masa kelam praktik demokrasi Indonesia.
Dengan kepemimpinannya yang bisa dibilang serbaotoriter, banyak aktivis dan rival politik Pak Harto, lebih memilih 'jalur aman' daripada menjalankan aktivitas politik.
Kenyataan seperti itu, antara lain, menyebabkan Pak Harto langgeng selama 32 tahun sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Sebagai orang yang berangkat dari militer, memang tampak kekuatan nyata Pak Harto ada pada militer. Sebut saja kasus Malari pada era 1970-an, Tanjung Priok, Trisakti, Semanggi I, hingga Semanggi II, sang Jenderal besar banyak menggunakan kekuatan militer, untuk 'menghalau' para mahasiswa yang ada di baris terdepan saat mendobrak Orde Baru.
Padahal, dalam sejarah perjuangan Indonesia, gerakan mahasiswa sering kali menjadi tonggak perjuangan. Seperti halnya Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. Gerakan mahasiswa yang pada saat itu menuntut Pak Harto turun dari jabatannya ternyata membawa korban tewas empat mahasiswa yang berkampus di sekitar Grogol tersebut.
Tapi kali ini, penembakan tersebut tidak berhasil membungkam mahasiswa. Mereka justru bersatu, bergerak menuju Gedung MPR/DPR, menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab. Tidak terhitung, berapa jumlah mahasiswa yang terluka dalam perjuangannya menduduki Gedung MPR/DPR. Akan tetapi, peristiwa berdarah tersebut dicatat sebagai cikal bakal lahirnya kebebasan demokrasi untuk mengeluarkan pendapat setelah sekian lama terbelenggu.
Gerakan tersebut tercatat sebagai awal lahirnya reformasi yang mengantarkan banyak tokoh menuju kedudukan nomor satu di negeri ini.
Kini, sang Smiling General telah pergi. Semua tertunduk dan kembali membuka catatan, kenapa kita menangis saat ia menghadap sang Khalik?
Pak Harto memang kontroversial. Di antara sekian banyak catatan yang membuat geram aktivis, khususnya dari golongan muda, ia tetap merupakan sosok yang paling bertanggung jawab dalam menyelamatkan Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang diembannya, Pak Harto berhasil menghalau paham komunis dan upaya pembentukan Negara Islam Indonesia (NII) yang ketika itu mengancam NKRI.
Acungan jempol datang dari mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, yang menilai kemampuan diplomatik Soeharto juga patut diacungi jempol, terbukti dengan kesuksesannya mengakhiri konfrontasi antara Indonesia dan negara tersebut.
Di bidang perekonomian, pertumbuhan ekonomi RI di bawah kepemimpinannya juga mengundang decak kagum negara tetangga. Pak Harto bahkan sempat mengantarkan Indonesia menjadi negara yang disebut sebagai 'Macan Asia'.
Di tingkat regional, khususnya di Asia Tenggara, Pak Harto lebih fokus menggalang kerja sama perekonomian daripada membangun politik mercu suar.
Sepak terjang Pak Harto dalam 32 tahun kepemimpinannya memang bisa dikatakan ideal untuk bangsa yang ingin tinggal landas. Tidak berlebihan jika ia dijuluki sebagai Bapak Pembangunan yang berhasil memajukan negara Indonesia dalam bidang pertanian dan perikanan melalui program kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa (kelompencapir) sehingga Indonesia menjadi negara agraris dan penghasil beras terbanyak di Asia Tenggara pada saat itu.
Dualisme sisi kepemimpinan itulah yang masih menjadi polemik bagi bangsa Indonesia. Satu sisi bangsa ini masih butuh seorang figur yang mampu memimpin negeri ini secara tegas. Tapi ketegasan yang jangan disalahartikan, bahkan disalahpraktikkan sebagai kemampuan memaksa yang ujung-ujungnya bersifat otoriter.(T-1)
Oleh: Irfan Maullana, Mahasiswa Komunikasi IISIP, Jakarta

Imbas Pemberitaan Massal

Banyak hal yang bisa diteliti dan dipelajari dari berita seputar wafatnya mantan penguasa rezim Orde Baru Soeharto membuat hampir seluruh media massa di Indonesia terfokus pada peristiwa itu, bahkan sampai menggeser jadwal acara di sejumlah stasiun televisi, termasuk acara prime time.
Memang semua pemberitaan itu hampir seragam karena demikianlah faktanya. Baik media cetak maupun elektronik, semua media memosisikan Soeharto sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam 32 tahun era kekuasaan Orde Baru.
Tapi, ada juga yang spesial, misalnya dengan menyebut nama Soeharto dengan 'Pak Harto' ataupun 'HM Soeharto'. Padahal, saat ini belum pernah kita mendengar istilah 'Pak Yudhoyono' atau 'Pak Kalla' untuk menyebut presiden dan wakil presiden kita.
Sedikit banyak, hal itu mengindikasikan munculnya kembali semangat Orde Baru sepeninggalan Soeharto. Kekhawatiran lainnya adalah para elite pers dan politik nasional masih saja berada di bawah bayang-bayang Soeharto.
Tak ayal, Bapak Pembangunan itu banyak mendapat puja dan puji dari seluruh lapisan masyarakat. Lalu bagai mana dengan media massa? Banyak kalangan menilai pemberitaan tentang wafatnya mantan orang nomor satu di Indonesia itu terlalu berlebihan karena dianggap tidak berimbang dan tidak objektif. Pasalnya, media hanya memandang dari kacamata kepentingan media itu sendiri meskipun beberapa kali tampak ada upaya untuk memberitakan secara berimbang dan objektif.
Namun nyatanya, media massa khususnya televisi, lebih tertarik untuk mengubur dosa-dosa 'The Smiling General' dan jasa-jasa semasa hidupnya.
Konglomerasi media massa di Indonesia telah mengantarkan masyarakat kita melupakan tragedi selama 32 tahun kekuasaan Soeharto. Berita-berita media massa, khususnya televisi, yang ada saat ini hanya bertujuan membangun kembali pencitraan positif keluarga Cendana dan cenderung mengesampingkan kasus hukum Soeharto. Itu berarti, reformasi 10 tahun yang bertujuan menegakkan hukum telah diubah arahnya oleh media massa dalam liputan-liputan mereka. Tentu itu bukan pelajaran yang baik bagi masyarakat Indonesia.
Imbas dari pemberitaan massal itu setidaknya mengubah opini publik tentang sosok Soeharto yang sebenarnya. Sesaat, masyarakat pun larut dalam simpati dan empati yang berlebih. Hal itu dapat kita lihat ketika iring-iringan rombongan pengantar jenazah disambut isak tangis masyarakat yang mengaku sejahtera kala Soeharto masih berkuasa.
Ironi memang. Ketika rakyat kita masih merindukan kejayaan masa lalu, ternyata media turut mengungkitnya tanpa memberitakan secara berimbang, dampak 32 tahun kepemimpinan Soeharto.
Sejatinya, media massa kita adalah barometer yang paling berpengaruh di masyarakat yang dapat memberitakan segala sesuatunya dengan proporsional agar tidak terjadi erosi fakta yang dapat mengaburkan tujuan dan cita-cita reformasi bangsa ini.
Apalagi, dengan pemberitaan secara berlebihan, publik bisa juga dirugikan karena mereka tidak dapat menikmati informasi reguler lainnya. Masyarakat jadi bertanya, mengapa wafatnya Soeharto begitu disorot? Begitu pentingkah nilai beritanya? Ada apa dengan media?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut, satu waktu bisa jadi terakumulasi menjadi sebuah opini publik baru, misalnya meskipun mantan presiden kedua itu telah wafat, ia meninggalkan warisan bagi bangsa ini, yaitu Orde Baru berkulit reformasi.(Andreanto/T-1)

Tirta, dari Karate hingga Percetakan

SERBABISA. Kata itu mungkin tepat untuk menggambarkan pria satu ini. Lahir pada 22 Februari 1986, pria bernama lengkap Valentinus Tirta Samudra ini memang memiliki beragam kemampuan.
Itu terlihat dari seabrek aktivitasnya, mulai dari mahasiswa, atlet karate, organisatoris, hingga pengusaha percetakan dan konveksi. Semuanya itu ia tekuni secara tidak sengaja.
Misalnya olah raga karate. "Saya mendalami karate sejak sekolah dasar," paparnya.
Tapi tidak disangka, olahraga tersebut ia tekuni sampai sekarang, hingga ia memiliki banyak pengalaman di dunia tersebut. Medali yang ia peroleh dari berbagai pertandingan karate pun tidak terhitung lagi. "Terakhir saya bertanding di Universitas Darma Persada. Di situ, saya mendapat tiga medali emas dari tiga kelas yang berbeda," ujar pria bertubuh tinggi tersebut.
Mahasiswa Jurnalistik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) ini mengakui bahwa sebenarnya dari semua pertandingan, kemenangan bukan diraih dengan usaha yang mudah. Justru, untuk bisa meraih kemenangan, kerja keras diperlukan, seperti berlatih secara rutin. Karenanya, dalam seminggu, Tirta bisa berlatih hingga tiga kali.
Akan tetapi, walau memiliki jadwal yang padat untuk karate, Tirta tidak berarti lupa akan kampusnya. Di IISIP, Tirta bahkan tercatat menjabat sekretaris jenderal (sekjen) Forum Kajian Radio, Televisi dan Film (FKRTF).
Selama masa jabatannya, Tirta berhasil mewujudkan beberapa program kerja yang telah direncanakan, seperti pelatihan jurnalistik radio dan latihan dasar kepemimpinan. "Menjadi Sekjen jelas harus mampu mengatur dan mewujudkan program kerja," tuturnya.
Kesibukan Tirta juga bertambah tatkala ia memulai usaha percetakan yang dirintis bersama beberapa temannya sekitar satu tahun lalu. Di usaha yang sering ia sebut sebagai bisnis sampingan ini, Tirta pernah beberapa kali mengalami kerugian.
Tapi ia berusaha bangkit dan membangun kembali usaha ini. "Ini kan cuma risiko. Yang terpenting adalah kemampuan untuk bangkit dari kegagalan," ujarnya penuh semangat.
Terbukti, beberapa organisasi mahasiswa kini telah menggunakan jasanya. Bahkan, ia mulai memiliki pelanggan tetap.
Ketika ditanya tentang kemampuan mengatur berbagai kegiatan tersebut, Tirta mengaku memang sedikit kewalahan. "Harus ada yang diprioritaskan, kuliah pasti nomor satu," jawabnya.
Tetapi, berkat dukungan dari keluarganya, Tirta bisa menjalani semua kegiatannya dengan santai. "Selama ini positif, keluarga pasti mendukung," tambahnya.Ratih Daniasih/T-1

Ada Perpustakaan Anak di Kampus

Siapa bilang kampus cuma milik mahasiswa? Dengan modal satu ruangan dan buku hasil sumbangan mahasiswa dan dosen, Yayasan Kampus Tercinta mendirikan perpustakaan buat anak-anak di sekitar kampus.
Di perpustakaan ini, mereka tidak hanya bisa membaca buku, tetapi juga mendapat fasilitas untuk bimbingan belajar. Penggagas perpustakaan Maslina W Hutusuhut, Rektor IISIP, mengungkapkan ia mendirikannya sebagai bentuk kepedulian kampus kepada masyarakat di sekitar kampus.
"Biaya untuk mengikuti bimbingan belajar di lembaga pendidikan cukup mahal, menyulitkan orang tua. Jadi, dengan perpustakaan ini, kampus tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi mereka yang ada di sekitar kampus juga bisa memanfaatkan fasilitas ini untuk menambah ilmu," papar Komala Sari, dosen sekaligus pembina perpustakaan ini.
Pihak kampus mencoba melibatkan semua pihak, mulai dari dosen, mahasiswa, warga, bahkan unit kegiatan mahasiswa (UKM). Mereka membagi ilmu mereka kepada anak-anak yang datang ke perpustakaan sesuai dengan apa yang mereka kuasai.
"Ada sekitar 10 dosen dan 12 mahasiswa yang terlibat, semuanya berperan dengan sukarela. Sekarang kita sudah mempunyai 45 anak didik," ungkap Komala.
Orang tua dan ketua RT setempat jelas menyambut positif kegiatan ini. Bahkan, sebagian dari mereka datang langsung mengantarkan anak-anak mereka belajar di perpustakaan ini.
"Di sini bimbingan belajar yang diberikan berbeda, menggunakan sistem belajar sambil bermain, lebih efektif jika dibandingkan dengan sistem konvensional. Kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan sekolah, namun teknik penyampainya yang dimodifikasi," kata Komala.
Bukan cuma itu, mereka juga diperkenalkan dengan komputer, menggambar, bahasa Inggris, pendidikan rohani dari UKM yang terlibat juga sesekali diajak nonton film bareng.
Kegiatan ini telah jadi agenda rutin kampus setiap Sabtu. Anak-anak mulai berdatangan setelah mereka pulang sekolah.
"Berinteraksi dengan anak-anak dan berbagi ilmu merupakan pengabdian kami sebagai mahasiswa untuk masyarakat sekitar," ujar Firlyana Sari, mahasiswa ilmu komunikasi yang ikut serta menjadi pembimbing di perpustakaan tersebut.*/T-2

Plastik untuk Mahasiswa

SETELAH membaca judul itu, jangan terburu-buru mengernyitkan dahi. Sebab plastik yang diperuntukkan bagi mahasiswa di sini bukan sembarang plastik.
Plastik yang dimaksud adalah pelatihan jurnalistik. Pelatihan ini merupakan program tahunan Himpunan Mahasiswa Jurnalistik Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP), Jakarta.
Untuk tahun ini, Plastik digelar dalam empat pertemuan, yakni pada 9 Januari, 17 Januari, 23 Januari, dan 31 Januari 2008.
Bertempat di ruang Audio Visual Auditorium (AVA), Plastik menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten, mulai dari akademisi seperti Ketua Jurusan Ilmu Jurnalistik IISIP Mulharnetty Syas, sampai praktisi seperti redaktur opini surat kabar Seputar Indonesia Nurbudi Harianto, Ketua Studio 51 Pryo, serta produser sekaligus reporter Prambors Titi Permatasari yang juga merupakan alumni IISIP.
Menurut Ketua Panitia Plastik, Ratih Daniasih, dengan mengikuti Plastik, ada banyak keuntungan yang diperoleh peserta. Bukan hanya materi-materi jurnalistik, melainkan juga kesempatan untuk langsung mempraktikkan ilmu-ilmu yang telah didapat bersama dengan pembicara.
Karenanya, peserta tidak pernah bosan mengikuti Plastik. Apalagi, setelah mengikuti pelatihan, seluruh peserta berkesempatan memamerkan hasil karya mereka, baik berita maupun foto pada Februari mendatang.
Ratih berharap melalui kegiatan ini, para mahasiswa akan lebih mengetahui dunia jurnalistik dan dapat berpikir kritis sesuai dengan tema acara, yakni Dunia jurnalistik dan realita.
Kampus Tercinta Cup III
DALAM rangka mencari bibit baru dari mahasiswa angkatan 2006/2007 dan mempersiapkan Liga Basket Mahasiswa (Libama) pada Agustus mendatang, Unit Kegiatan Mahasiswa IISIP menggelar Turnamen Basket Kampus Tercinta Cup III pada 14-19 Januari 2008.
Menurut Ketua Panitia Turnamen, Panji, pada turnamen ini, ada sembilan tim yang ikut dalam pertandingan. Selain tim yang mewakili setiap angkatan, pada pembukaan turnamen, turut ambil bagian tim IISIP yang berisikan para pemain Libama 2007 serta tim Old Star yang merupakan alumni IISIP.
Oleh karena itu, setiap pertandingan dalam turnamen ini selalu kebanjiran penonton.
Banyak kegembiraan dalam turnamen ini. Namun, juga ada kekecewaan dari beberapa tim, khususnya yang tidak bisa mencapai target mereka. Seperti yang dituturkan Arnold, salah satu anggota tim Quickie Express, yang merupakan wakil dari mahasiswa angkatan 2004, mereka kecewa hanya bisa menjadi juara kedua pada turnamen ini. Padahal, target mereka adalah menyabet gelar juara pertama.
"Tapi, mau bagaimana? Pada turnamen ini memang kami kekurangan pemain. Hanya ada lima pemain tetap yang ikut, tanpa pemain cadangan," kata Thomas Aquinus, Kapten tim Quickie Express.
Kendati begitu, hampir seluruh tim maupun suporter ikut bergembira dan terhibur dalam turnamen ini. Mengenai persiapan Libama, Panji mengatakan rekrutmen akan segera dilakukan dan pelatihan dimulai sejak Februari.Rizki Putri/T-1