Selamat Datang

27 Desember 2009

Batik Kontemporer Tambah Diminati

SEMARANG, EPICENTRUM -- Busana batik dengan motif kontemporer menjadi salah satu jenis batik yang paling diminati dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya pesanan motif tersebut di kalangan perancang busana batik.

"Dari rata-rata 1.000 pesanan batik di butik saya, sekitar 80 persennya merupakan batik kontemporer," ujar perancang busana Ina Priyono, sebelum peragaan busana di DP Mall, Kota Semarang, Sabtu (26/12/2009).

Dalam peragaan busana yang meramaikan acara pemilihan bintang Sivex se-Jateng-DIY tersebut, Ina menampilkan 45 rancangannya yang terdiri atas 33 busana remaja dan 12 busana anak-anak. Dari seluruh rancangannya, 80 persennya merupakan motif kontemporer.

Batik dengan motif kontemporer m erupakan modifikasi dari motif batik yang telah ada, seperti gabungan antara motif parang dan klithik atau improvisasi dari motif sekar jagad. Biasanya motif tersebut diterapkan pada busana batik dengan model yang agak rumit.

Menurut Ina, tingginya pesana n batik tersebut seiring dengan semakin beragamnya model batik sehingga dapat digunakan untuk kegiatan nonformal seperti, busana pesta, pakaian untuk bepergian, dan pakaian sehari-hari.

"Ada batik jenis k asual yang bisa dipakai saat acara santai," ucap Ina, yang telah menggeluti batik selama setahun terakhir. Sebelumnya, desainer asli Semarang yang telah terjun dalam dunia rancang busana sejak 1997 ini membuat busana muslim.

Ketua Paguyuban Pencinta Batik Bokor Kencono Diah Wijaya Dewi mengatakan, banyakn ya rancangan dari motif kontemporer didorong oleh tingginya permintaan pemakai batik yang berorientasi pada tren baru.

Namun, Dewi mengharapkan, kondisi tersebut jangan membuat perancang meninggalkan motif tradisional dalam membuat batik. Selain agar tetap lestari, motif tradisional perlu tetap diproduksi karena masih diminati oleh sebagian kalangan pencinta batik.

"Dan yang terpenting cara pembuatan batik tetap menggunakan cara-cara tradisional, seperti batik tulis dan cap. Jika menggunakan sistem cetak, justru akan mematikan batik tradisional sesungguhnya," ucapnya

Tidak ada komentar: