Selamat Datang

1 Oktober 2011

Kepribadian Ganda Bisa Sembuh?

Oleh : Fitri Handayani
 

EPICENTRUM -- Sebagian orang mungkin akan sulit membedakan orang normal dengan orang yang memiliki kepribadian ganda. Karena memang tidak ada hal yang signifikan diantara keduanya. Namun hanya saja pada seseorang yang memiliki kepribadian ganda, ia akan merasa memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.


Sebelum abad ke-20, gejala ini dikaitkan dengan kerasukan setan. Namun, para psikolog abad ke-20 yang menolak kaitan itu, kemudian menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama baru yaitu dengan Dissociative Identity Disorder (DID).
Menurut American Textbooks, Dissosiative Identity Disorder adalah suatu mekanisme pertahanan diri oleh seseorang dengan cara memisahkan diri. Salah satu bentuk kronis dari gejala tersebut adalah berpisahnya kepribadian seseorang menjadi beberapa kepribadian yang berbeda. Hal tersebut didorong oleh ketidakmampuan, penolakan dan sebagai pertahanan diri oleh otak terhadap masalah yang diterima dalam tingkat stres yang tinggi.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya DID ini karena beberapa faktor yaitu, pertama, faktor biologis. Faktor ini didasari oleh ciri-ciri keturunan seperti ketegangan dan responsivitas terhadap stres akan mungkin meningkatkan kerentanan. Kedua, faktor psikososial ini terjadi karena pada masa kanak-kanak mereka mengalami penganiayaan berat sering kali tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Kurang atau tidak adanya dukungan sosial juga berpengaruh. Sebuah studi terhadap 428 remaja kembar menunjukkan bahwa 33% sampai 50% varians dalam pengalaman disosiatif dapat diartibusikan pada keluarga yang penuh perselisihan dan tidak saling mendukung. Varians sisanya berhubungan dengan faktor-faktor kepribadian. Ketiga, faktor spiritual. Faktor ini mengartikan bahwa setiap manusia baik itu penderita DID akan mengalami setiap masalah atau musibah. Misalnya cobaan berupa siksaan di masa kecilnya.
Menurut DSM IV-TR disebutkan bahwa terdapat fluktuasi usia penderita dalam penelitian psikiatri. Sehingga sangat dimungkinkan penelitian terkini akan menghasilkan angka yang berbeda. Namun, sampai tahun 2000, angka usia rata-rata munculnya gejala pertama DID adalah 6 sampai 7 tahun. Gangguan ini mungkin akan berkurang intesitasnya pada usia 40an, tetapi bisa muncul kembali selama trauma atau mengalami penganiayaan.

Dari penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan data bahwa dari seluruh sampel diketahui bahwa 90 hingga 100% individu dengan gangguan ini adalah perempuan, namun peneliti memilki keyakinan bahwa laki-laki yang mengalami gangguan ini tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan karena kebanyakan laki-laki dengan gangguan ini dimasukkan ke dalam penjara bukan rumah sakit.

Di satu sisi, para peneliti yakin bahwa Dissosiative Identity Disorder ini sangatlah sedikit, sedangkan di sisi lain para peneliti yakin bahwa gangguan ini belum terdeteksi secara mendalam, sehingga mungkin saja populasi individu sebenarnya cukup besar. Berdasarkan suatu penelitian, berhasil diketahui bahwa 0,5% - 2% pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa mengalami gangguan ini dan 5% dari seluruh pasien jiwa (baik yang dirawat maupun tidak) mengalami DID.
Ganguan ini tidak hilang dengan sendirinya. Butuh proses panjang untuk menyatukan kembali berbagai kepribadian kedalam kepribadian tunggal. Meskipun begitu, penggabungan tidak selalu bisa berhasil. Tujuan ini dimaksudkan untuk mencapai interaksi harmonis antara kepribadian-kepribadin agar berfungsi lebih normal.

Berbagai bentuk terapi di kemukakan oleh para psikiate.diantaranya adalah petama, terapi obat bisa meringankan beberapa gejala-gejala coexisting khusus, seperti gelisah atau depresi, tetapi tidak mempengaruhi gangguan itu sendiri.

Kedua psikoterapi. Terapi ini memang agak sulit dan sangat menyakitkan secara emosional. Karena orang tersebut mengalami emosional yang tinggi saat ingatan traumanya teringat kembali selama terapi. Biasanya diperlukan dua sampai satu minggu sesi psikoterapi yang dilakukan dan ini butuh waktu tiga sampai enam tahun.

Ketiga terapi psikoanalisis. Terapi ini lebih banyak dipilih. Karena tujuannya untuk mengangkat represi menjadi hukum sehari-hari dan dicapai melalui penggunaan berbagai teknik psikoanalitik dasar. Terapi ini menggunakan cara hipnotis.

Keempat terapi restrukturisasi kognitif. Menurut Nijenhuis bahwa prosedur ini bertujuan untuk membalikkan keadaan dan terapi ini efektif untuk mengubah perpindahan identitas penderita secara bertahap. Namun terapi ini hanya dapat dilakukan setelah menemukan kepribadian yang dimilki si penderita. Sebab, penderitanya tidak pernah menyadari kalau ia memiliki banyak kepribadian yang mungkin muncul. Kelima DID terintegrasi. Terapi ini menggunakan pendekatan kompreherensif dengan Sembilan tahapan, yaitu:
  1. Tahap Psikoterapi
  2. Intervensi Preliminary (mendiagnosis kepribadian)
  3. Pengumpulan informasi detail mengenai latar belakang masalah penderita
  4. Menganalis trauma yang dialami klien
  5. Analisis resolusi
  6. Integrasi resolusi
  7. Mempelajari alternatif kemampuan menghadapi masalah
  8. Tindak lanjut terapi
  9. Follow up

Seseorang yang memiliki kepribadian ganda, pastinya memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya adalah pertama, ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut. Kedua, kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching). Ketiga, adanya ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa dan dianggap hanya sebagai lupa biasa. Keempat, gangguan-gangguan ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam. (FAN/FIT)

Tidak ada komentar: