Oleh: Febriyani Frisca Rahmania
EPICENTRUM -- Rupanya, karir persepakbolaan
Indonesia tak hanya sebatas urusan menggiring si kulit bundar ke gawang lawan.
Belum lama, Persatuan Sepak Bola Malang (Persema), Jawa Timur, mencoba meramaikan kancah
perfilman Indonesia. Tim yang kerap dijuluki Laskar Ken Arok ini digandeng
sutradara bertangan dingin, Hanung Bramantyo, untuk mendukung film
garapannya bertajuk Tendangan Dari Langit.
Seperti film-film bertemakan olahraga sebelumnya,
sebut saja King dan Garuda Di Dadaku, film yang diproduseri oleh Leo Sutanto
ini tidak memiliki alur cerita yang jauh berbeda. Masih sarat akan benang
merah ‘From Zero to Hero’ dan kesamaan
konflik di
dalamnya seperti dua film lainnya.
Ikut sertanya pelatih dan tim sepak
bola Persema di film berdurasi 100 menit ini, tidak lepas dari ide
brilliant sang penulis naskah, Fajar Nugros. Karyanya menceritakan tentang
perjuangan
seorang anak, Wahyu, dari Desa Langitan, lereng Gunung
Bromo, untuk bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan yang
tergabung di Persema.
Menariknya, Timo
Scheunemann, pelatih Laskar Ken Arok,
ikut beradu akting dan
juga menulis
skenario, loh. Meskipun Coach Timo
hanya menulis scene 1-23, namun hal itu membuktikan, penggelut dunia
olahraga juga mempunyai sisi lain dalam mewujudkan
idealismenya.
Walaupun tidak semua squad Persema terlibat adu akting, tapi
tidak mengurangi pesan dari film yang ditayangkan serempak pada 25 Agustus
lalu. Akting dua bintang lapangan Persema yang didaulat sebagai pemain pendukung, Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan, bisa dibilang
mewakili kawan-kawan Persema. Selain
pemain Persema, ribuan Ngalamania, sebutan fans fanatik tim yang pernah menjadi
runner up divisi utama Liga Indonesia
2008 ini, turut ambil peran walaupun sebagai cameo.
Berbagai tanggapan bermunculan
tentang film yang juga dibintangi oleh Sudjiwo Tedjo ini. Salah satunya mahasiswa IISIP yang
telah menonton Tendangan Dari Langit. “Over all, filmnya bagus walaupun gampang ketebak endingnya, cocok ditonton sama anak muda
yang lagi cari jati diri, film kaya gini perlu dikembangin, masa kita mau nonton pocong terus, hehe," ujar
Hary Setyawan, mahasiswa IISIP
Jurnalistik 2010. (FAN/FEB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar