Selamat Datang

1 Oktober 2011

Laskar Ken Arok Ramaikan Perfilman Indonesia

Oleh: Febriyani Frisca Rahmania


EPICENTRUM -- Rupanya, karir persepakbolaan Indonesia tak hanya sebatas urusan menggiring si kulit bundar ke gawang lawan. Belum lama, Persatuan Sepak Bola Malang (Persema), Jawa Timur, mencoba meramaikan kancah perfilman Indonesia. Tim yang kerap dijuluki Laskar Ken Arok ini digandeng sutradara bertangan dingin, Hanung Bramantyo, untuk mendukung film garapannya bertajuk Tendangan Dari Langit.

Seperti film-film bertemakan olahraga sebelumnya, sebut saja King dan Garuda Di Dadaku, film yang diproduseri oleh Leo Sutanto ini tidak memiliki alur cerita yang jauh berbeda. Masih sarat akan benang merah ‘From Zero to Hero’ dan kesamaan konflik di dalamnya seperti dua film lainnya. 

Ikut sertanya pelatih dan tim sepak bola Persema di film berdurasi 100 menit ini, tidak lepas dari ide brilliant sang penulis naskah, Fajar Nugros. Karyanya menceritakan tentang perjuangan seorang anak, Wahyu, dari Desa Langitan, lereng Gunung Bromo, untuk bermain bersama Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan yang tergabung di Persema.

Menariknya, Timo Scheunemann, pelatih Laskar Ken Arok,  ikut beradu akting dan juga menulis skenario, loh. Meskipun Coach Timo hanya menulis scene 1-23, namun  hal itu membuktikan, penggelut dunia olahraga  juga mempunyai sisi lain dalam mewujudkan idealismenya.

Walaupun tidak semua squad Persema terlibat adu akting, tapi tidak mengurangi pesan dari film yang ditayangkan serempak pada 25 Agustus lalu. Akting  dua bintang lapangan Persema yang didaulat sebagai pemain pendukung,  Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan, bisa dibilang mewakili kawan-kawan Persema. Selain pemain Persema, ribuan Ngalamania, sebutan fans fanatik tim yang pernah menjadi runner up divisi utama Liga Indonesia 2008 ini, turut ambil peran walaupun sebagai cameo.

Berbagai tanggapan bermunculan tentang film yang juga dibintangi oleh Sudjiwo Tedjo ini. Salah satunya mahasiswa IISIP yang telah menonton Tendangan Dari Langit. “Over all, filmnya bagus walaupun gampang ketebak endingnya, cocok ditonton sama anak muda yang lagi cari jati diri, film kaya gini perlu dikembangin, masa kita mau nonton pocong terus, hehe," ujar Hary Setyawan, mahasiswa IISIP  Jurnalistik 2010. (FAN/FEB)

Tidak ada komentar: