Oleh: Respati Wasesa Afandi
"Krisis ekonomi di Eropa dan As membawa
dampak buruk bagi warga negara mereka. Warga Eropa dan AS yang sebelumnya makmur, kiniharus
menerima kenyataan pahit akibat krisis
yang menyungai ini. Beberapa tunjangan pemerintah untuk masyarakat terancam berhenti,
seperti tunjangan pajak, kesehatan, dan pendidikan."
EPICENTRUM -- Masyarakat
Eropa kini mendapat tantangan. Mereka mesti rela kehilangan sedikit kemakmuran.
Program bantuan pangan bagi 13 juta warga Eropa miskin pun terhadang krisis
ekonomi. Pada 2012 dan 2013 mendatang, dana
bantuan orang miskin telah dipangkas dari 480 euro menjadi 113,5 euro.
Senada
dengan kondisi Eropa, di AS, tidak hanya menyebabkan anjloknya harga-harga
saham, namun mental warga AS pun mulai goyah. Mereka banyak yang kehilangan
pekerjaan, utang menumpuk, bahkan terpaksa menjual rumah. Sirkulasi perdagangan di pasar menurun, sebagian besar konsumen memilih tidak
berbelanja.
“Bila
George W Buss tidak menghamburkan uang untuk perang, mungkin keadaannya tidak
seperti ini,” kata seorang warga, Antonio del Valle, seperti dikutip di Harian
Kompas bulan lalu.
Perang
di Afganistan dan Irak membuat AS mengeluarkan dana 1,7 triliun dollar AS yang
bersumber dari utang. Di era Bush, anggaran negara yang defisit harus ditutupi
dengan utang. Untuk itu, utang dinaikkan 2,1 triliun dollar di atas utang lama
sebesar 14,29 triliun dollar AS. Akibatnya, AS mengurangi menaikkan
biaya pengadaan air, pajak properti, bahkan hingga biaya pengobatan.
“Jika
saja saya punya kekuasaan, saya akan membekukan semua rekening bank para
anggota Kongres AS dan memaksa mereka mencari pekerjaan serta turut merasakan
apa yang kami alami. Saya tidak peduli apakah pemerintah ditutup, kecuali
militer,” keluh warga As, Sami Rubin.
Dampak bagi
Indonesia
Krisis yang melanda Eropa dan AS
diperkirakan berdampak pada Indonesia enam bulan lagi, seperti dikutip Harian Kompas
(06/10). Gejala krisis mulai terlihat dengan menurunnya komoditas ekspor Indonesia yang
berakibat harga komoditas menurun. Berdasarkan laporan Bank Dunia, harga rata-rata
internasional timah dari Juni hingga September 2011 merosot 10 persen, nikel 6,9
persen, alumunium 9,3 persen.
“PertumbuhanEkonomi Indonesia akanmerosot.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi global diperkirakan menurunkan penanaman modal
asing. Ini harus diimbangi dengan penanaman investasi dalam negeri. Bila asing tiba-tiba menarik semua investasi,
Indonesia bisa kolaps dan rakyat semakin sengsara,” ujar Ekonom Standard Chartered,
FausziIchsan di Jakarta, seperti dikutip Humpuss.
(OKA/FAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar