Selamat Datang

7 Oktober 2011

Krisis Global Bikin Ekonomi Warga Eropa dan AS Jungkir Balik

Oleh: Respati Wasesa Afandi


"Krisis ekonomi di Eropa dan As membawa dampak buruk bagi warga negara mereka. Warga Eropa dan AS yang sebelumnya makmur, kiniharus menerima kenyataan pahit akibat krisis yang menyungai ini. Beberapa tunjangan pemerintah untuk masyarakat terancam berhenti, seperti tunjangan pajak, kesehatan, dan pendidikan."


EPICENTRUM -- Masyarakat Eropa kini mendapat tantangan. Mereka mesti rela kehilangan sedikit kemakmuran. Program bantuan pangan bagi 13 juta warga Eropa miskin pun terhadang krisis ekonomi.  Pada 2012 dan 2013 mendatang, dana bantuan orang miskin telah dipangkas dari 480 euro menjadi 113,5 euro.

Senada dengan kondisi Eropa, di AS, tidak hanya menyebabkan anjloknya harga-harga saham, namun mental warga AS pun mulai goyah. Mereka banyak yang kehilangan pekerjaan, utang menumpuk, bahkan terpaksa menjual rumah. Sirkulasi perdagangan di pasar menurun,  sebagian besar konsumen memilih tidak berbelanja.

“Bila George W Buss tidak menghamburkan uang untuk perang, mungkin keadaannya tidak seperti ini,” kata seorang warga, Antonio del Valle, seperti dikutip di Harian Kompas bulan lalu.

Perang di Afganistan dan Irak membuat AS mengeluarkan dana 1,7 triliun dollar AS yang bersumber dari utang. Di era Bush, anggaran negara yang defisit harus ditutupi dengan utang. Untuk itu, utang dinaikkan 2,1 triliun dollar di atas utang lama sebesar 14,29 triliun dollar AS. Akibatnya, AS mengurangi menaikkan biaya pengadaan air, pajak properti, bahkan hingga biaya pengobatan.

“Jika saja saya punya kekuasaan, saya akan membekukan semua rekening bank para anggota Kongres AS dan memaksa mereka mencari pekerjaan serta turut merasakan apa yang kami alami. Saya tidak peduli apakah pemerintah ditutup, kecuali militer,” keluh warga As, Sami Rubin.

Dampak bagi Indonesia
Krisis yang melanda Eropa dan AS diperkirakan berdampak pada Indonesia enam bulan lagi, seperti dikutip Harian Kompas (06/10). Gejala krisis mulai terlihat dengan menurunnya komoditas ekspor Indonesia yang berakibat harga komoditas menurun. Berdasarkan laporan Bank Dunia, harga rata-rata internasional timah dari Juni hingga September 2011 merosot 10 persen, nikel 6,9 persen, alumunium 9,3 persen.

“PertumbuhanEkonomi Indonesia akanmerosot. Lambatnya pertumbuhan ekonomi global diperkirakan menurunkan penanaman modal asing. Ini harus diimbangi dengan penanaman investasi dalam negeri. Bila asing tiba-tiba menarik semua investasi, Indonesia bisa kolaps dan rakyat semakin sengsara,” ujar Ekonom Standard Chartered, FausziIchsan di Jakarta, seperti dikutip Humpuss. (OKA/FAN)

Tidak ada komentar: